.jpg)
({}) #3
.jpg)
Haruskah aku merindukanmu? Ketika ego sama-sama menahan kita untuk bertemu.
Sampai lelah menghampiri hati, bahkan kau tetap menjadi tokoh utama dalam adu drama pikiran yang tak berkesudahan ini.
Dan, apakah aku akan menjadi bagian orang-orang yang terlupakan dalam cerita nostalgiamu?
Jelaskan padaku, bagaimana cara mendamaikan antara cinta, benci, dan rindu dikala bayangmu kerap terlintas dalam benak.
sudah berulang kali aku berucap,
Aku mencintaimu; lantas harus bagaimana setelah ini? memilikimu (kembali) pun, aku tidak siap hati.
aku mencoba untuk menyanggupi setiap yang kau pertanyakan. Namun, mampukah engkau sebaliknya?
Tak ada ketulusan dari sebuah cinta yang dapat terganti.
Kata "menyesal" pun bagai tak bermakna saat ini.
hanya jangan menjadikanku tersangka dari setiap kerisauan hatimu, aku mohon.
Menantilah bila harus menanti, lupakanlah bila sudah tak perlu untuk dinanti.
Biarkan cinta ini hadir, terkubur, dan gugur dengan sendirinya.
Biarkan kita seperti ini; melebur tak menyatu, mencintai, dan merindukan sendiri-sendiri tanpa terikat.
Biarkan kita berlalu dengan drama Tuhan ini.
Biarkan kita berlalu dengan drama Tuhan ini.
Karena sayang, ketulusan cinta lah yang akan membuktikan; berjodohkah kita kelak?
Sebatas Dalam Diam
menjadikanmu sebuah pengkhayalan tak bertepi.
merindu, lagi mengimpikan figurmu,
yang setia menjadi objek dalam kanvas ilusi tak terbayangkan ini; memenatkan batin.
gerak teka-teki yang seolah kau pertunjukkan,
bagai mendesak benak ini agar berpikir, menerka tak menentu.
pun ketika hanya kerlingan mata, dan senyum yang kau sunggingkan; yang mampu ditampakkan
tak masalah bagiku untuk merasa bahagia, sungguh.
namun, tiada perlu mencintai diri ini,
menjauhlah—jika yang kau agihkan hanya amor semu;
karena aku tak pernah menghajatkannya dalam do'a.
biarlah kekaguman tak terpuguhkan ini, yang menjadi saksi tak terlihat.
bahwa Aku, perempuan yang tertakdirkan, hanya sekedar mampu mengangankan, dan mengagumimu; sebatas dalam diam.
Langganan:
Postingan (Atom)